Kamis 05 Jun 2025 19:15 WIB

Investasi Energi Bersih Diprediksi Melonjak Tahun Ini

Industri pembangkit listrik tenaga surya menjadi sektor paling dominan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pemasangan panel surya (Ilustrasi)
Foto: Dok SUN Terra
Pemasangan panel surya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Investasi global di sektor energi bersih diperkirakan melonjak tajam tahun ini, dengan total belanja energi dunia yang diprediksi menembus 3,3 triliun dolar AS pada 2025. Proyeksi itu disampaikan Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan tahunan World Energy Investment, Kamis (5/6/2025).

IEA mencatat bahwa sekitar 2,2 triliun dolar AS akan dialokasikan untuk teknologi energi bersih seperti energi terbarukan, tenaga nuklir, dan sistem penyimpanan energi. Angka tersebut dua kali lipat dari total investasi di sektor bahan bakar fosil.

“Perubahan cepat dalam kondisi ekonomi dan perdagangan mendorong sebagian investor untuk bersikap wait-and-see terhadap proyek baru. Tapi, secara umum kami belum melihat dampak signifikan terhadap proyek yang sudah berjalan,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

Industri pembangkit listrik tenaga surya menjadi sektor paling dominan, dengan prediksi investasi mencapai 450 miliar dolar AS tahun ini. Sementara itu, belanja untuk penyimpanan energi juga diperkirakan meningkat drastis hingga 66 miliar dolar AS, meski masih tertinggal dari sektor pembangkitnya.

IEA menekankan pentingnya baterai sebagai solusi terhadap intermitensi energi terbarukan. Baterai memungkinkan penyimpanan energi berlebih dari pembangkit surya dan angin untuk digunakan saat pasokan berkurang.

Sebaliknya, investasi di sektor minyak dan gas diperkirakan menurun. Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19, investasi hulu minyak global diprediksi turun sekitar 6 persen pada 2025, terdorong oleh penurunan harga dan permintaan.

Di sisi lain, investasi pada jaringan listrik hanya mencapai sekitar 400 miliar dolar AS per tahun, lebih rendah dari belanja pembangkit dan elektrifikasi. IEA memperingatkan bahwa ketidakseimbangan ini dapat membahayakan ketahanan sistem kelistrikan di masa depan.

“Investasi jaringan listrik harus segera disesuaikan dengan peningkatan pembangkit agar sistem tetap andal pada awal 2030-an. Sayangnya, banyak proyek jaringan terhambat oleh birokrasi dan kendala rantai pasok, khususnya transformator dan kabel,” tulis laporan itu.

Ketimpangan juga terlihat dalam pola investasi global. Negara-negara berkembang masih kesulitan memobilisasi modal untuk infrastruktur energi, sementara Cina menyerap hampir sepertiga dari total investasi energi bersih dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement