Selasa 17 Jun 2025 17:30 WIB

Waspada Banjir Rob! BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Pesisir Utara Jawa Barat

Fenomena rob bukan lagi peristiwa musiman.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Satria K Yudha
Warga berziarah ke makam keluarga yang terendam air rob di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Eretan Kulon, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (27/2/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Warga berziarah ke makam keluarga yang terendam air rob di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Eretan Kulon, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (27/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ancaman banjir rob kembali membayangi pesisir utara Jawa Barat. BMKG memperingatkan potensi pasang maksimum air laut yang berisiko menimbulkan banjir pada 18–23 Juni 2025.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sejumlah wilayah rawan rob, termasuk Kecamatan Kandanghaur, Pasekan, dan Indramayu di Kabupaten Indramayu. Di Kabupaten Subang, potensi banjir rob mengancam Legonkulon dan Sukasari. Sementara di Kabupaten Cirebon, rob diperkirakan terjadi di Losari, Mundu, dan Gebang, serta di Lemahwungkuk dan Kejaksan di Kota Cirebon.

Baca Juga

“Puncak pasang maksimum (rob) akan terjadi pukul 15.00–20.00 WIB,” ujar Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Dyan Anggraeni, Selasa (17/6/2025).

Dyan menjelaskan, rob akibat pasang maksimum air laut dapat mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir. BMKG mengimbau warga untuk tidak melakukan kegiatan di wilayah rawan dan terus memantau informasi cuaca.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk terus mengikuti informasi dan peringatan dini dari BMKG tentang kondisi cuaca dan potensi banjir rob,” ujarnya.

Fenomena rob bukan lagi peristiwa musiman. Di sejumlah wilayah, banjir pasang sudah berlangsung selama dua dekade tanpa solusi nyata. Di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, warga hidup berdampingan dengan genangan air hingga enam jam setiap hari.

“Banjir rob sudah terjadi sekitar 20 tahun, dengan lamanya rendaman air lima sampai enam jam per harinya,” kata Ukasyah, warga setempat.

Ia menambahkan, air pasang tidak hanya merusak jalan dan rumah, tetapi juga mengganggu aktivitas anak-anak sekolah dan mengancam kesehatan.

Banjir rob yang terus berulang menunjukkan krisis ekologis yang belum ditangani serius. Tanpa mitigasi jangka panjang dari pemerintah daerah dan pusat, masyarakat pesisir akan terus menjadi korban bencana yang berulang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement