Jumat 18 Jul 2025 13:16 WIB

Limbah Rumah Tangga Jadi Pencemar Utama Sungai Jakarta

Limbah rumah tangga dibuang langsung ke saluran tanpa pengolahan.

Warga melihat prajurit TNI AD bersama petugas UPS Badan Air membersihkan sampah saat giat Ciliwung Bening di Sungai Ciliwung, Tambora, Jakarta Barat, Ahad (13/10/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Warga melihat prajurit TNI AD bersama petugas UPS Badan Air membersihkan sampah saat giat Ciliwung Bening di Sungai Ciliwung, Tambora, Jakarta Barat, Ahad (13/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengungkapkan, air cucian piring, sabun mandi, hingga limbah dapur menjadi sumber pencemar utama sungai-sungai di Jakarta. Limbah rumah tangga ini dibuang langsung ke saluran tanpa pengolahan, menyebabkan kualitas air sungai memburuk selama bertahun-tahun.

DLH DKI Jakarta menjelaskan,  penyebab utama status “cemar berat” pada sungai-sungai di Jakarta adalah greywater atau air limbah domestik.

Baca Juga

“Seluruh limbah tersebut langsung dibuang ke saluran, sehingga mencemari badan air,” ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH DKI Jakarta, Erni Pelita Fitratunnisa, Jumat (18/7/2025).

Menurut Erni, kondisi ini banyak ditemukan di kawasan permukiman padat dan kumuh yang tidak memiliki sistem pengolahan limbah. Masalah makin parah karena kebiasaan warga membuang air bekas cucian dan limbah organik langsung ke selokan atau sungai terdekat.

Tak hanya rumah tangga, pelaku usaha kecil seperti pabrik tahu, binatu, rumah potong hewan, restoran, dan bengkel juga ikut menyumbang pencemaran. Banyak dari mereka belum memiliki sistem pengolahan limbah yang memadai.

“Ini masalah tata kelola lingkungan yang harus diselesaikan bersama. Bukan hanya pemerintah, tapi juga masyarakat,” kata Erni.

DLH mencatat, pada 2024, kondisi pencemaran sungai sedikit membaik dari kategori “cemar berat” menjadi “cemar sedang” di sejumlah titik. Namun, sekitar 36 hingga 71 persen titik pantau masih menunjukkan kondisi buruk.

DLH pun mendorong edukasi di kawasan padat penduduk dan menargetkan perluasan jaringan IPAL domestik. Mereka juga akan memperketat penindakan terhadap pelaku usaha yang tidak mengelola limbah secara benar.

“Pemprov DKI akan bekerja sama lintas sektor, termasuk lurah, camat, hingga wali kota, untuk membina UMKM agar lebih peduli terhadap lingkungan,” ujar Erni.

Beberapa pasar tradisional pun masuk dalam daftar penyumbang pencemaran. Air buangan dari aktivitas jual beli, seperti limbah daging dan sayuran, langsung mengalir ke sungai tanpa penyaringan.

Dengan pendekatan kolaboratif, DLH berharap pencemaran bisa ditekan, dan mutu air sungai Jakarta kembali membaik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement