REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Badan Penelitian Lingkungan Italia (ISPRA) meluncurkan teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) untuk mengukur risiko longsor. ISPRA menyebut lebih dari satu juta warga Italia tinggal di daerah yang berisiko longsor, sementara perubahan iklim terus meningkatkan ancaman tersebut.
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi badai besar, yang pada akhirnya memicu risiko banjir dan longsor serta memperluas wilayah rawan bencana ke daerah yang sebelumnya jarang terdampak.
Dalam pernyataannya, ISPRA menjelaskan luas lahan yang berisiko longsor di Italia meningkat dari 8,7 persen pada 2021 menjadi 9,5 persen pada tahun lalu. Sekitar 2,2 persen dari populasi, atau sekitar 1,3 juta orang, tinggal di wilayah rawan tersebut.
“Italia masih menjadi negara Eropa yang paling berisiko mengalami longsor,” kata ISPRA, Rabu (30/7/2025), dilansir dari laman Reuters.
ISPRA merujuk sejumlah bencana alam mematikan, seperti longsor di Pulau Ischia di lepas pantai Napoli pada 2022 dan banjir di Emilia-Romagna pada 2023. Teknologi AI yang dikembangkan akan membantu pengguna menavigasi platform peta publik IdroGEO, serta memberikan akses pada data terkini mengenai ketidakstabilan tanah, informasi risiko, dan jawaban atas pertanyaan publik.
Longsor di Ischia kala itu memaksa sekitar 300 orang dievakuasi. Pulau vulkanik yang terkenal dengan pemandian air panas dan garis pantainya yang indah itu ternyata sangat rentan terhadap bencana alam. Para ahli dan aktivis menyebut bahwa Ischia lebih berisiko karena maraknya bangunan ilegal, namun politisi setempat menilai persoalan utamanya adalah kegagalan dalam upaya pencegahan longsor.