REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang tahu bahwa Indonesia dianugerahkan kekayaan keanekaragaman hayati yang tidak main-main. Apakah saat ini masih demikian?
Pada hari ini, Selasa (19/8/2025), Pemerintah meluncurkan Buku Status Kekinian Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indonesia sebagai pemutakhiran informasi dari lima tahun lalu. Buku ini menyajikan perkembangan terbaru mengenai konservasi flora, fauna, hingga mikroorganisme, serta pembelajaran dari berbagai pemangku kepentingan dalam melindungi kekayaan hayati.
Pemutakhiran data mengacu pada database koleksi nasional, hasil riset terkini, hingga masukan para ahli. Informasi yang dikumpulkan mencakup tingkat ekosistem, spesies, hingga genetik.
Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, Indonesia telah mengeluarkan empat dokumen penting baru. Salah satu lainnya adalah Indonesia Biodiversity Strategies and Action Plan, yang merupakan suatu framework bagaimana penanganan keanekaragaman hayati mulai tahun 2025 sampai 2045 yang disusun oleh Bappenas dan BRIN.
"Hari ini kami sedang mendorong untuk menjadi peraturan presiden,” kata usai peluncuran dokumen Status Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, Ekoregion Sumatra dan Sulawesi, Selasa (19/8/2025).
Buku Status Kekinian Kehati Indonesia mencatat Indonesia sebagai negara megabiodiversity karena posisinya yang unik di antara Samudra Hindia dan Pasifik, serta diapit dua benua, Asia dan Australia. Letak geografis itu membuat bentang alam Indonesia terbagi ke dalam tujuh bioregion dengan karakter keanekaragaman hayati yang berbeda.
Buku itu mencatat Indonesia memiliki 22 tipe ekosistem alami yang tersebar dari laut dalam, laut dangkal, hingga pegunungan alpen. Dari situ, teridentifikasi 74 tipe vegetasi yang selanjutnya terbagi ke dalam 98 kombinasi vegetasi. Namun, data luasan tiap tipe ekosistem baru tercatat sebagian, sementara lainnya masih membutuhkan pendataan lebih rinci.
Keberadaan ekosistem alami terbagi menjadi tiga kategori besar: terestrial, semi-terestrial, dan perairan. Peran ekosistem tidak hanya menyediakan habitat, tapi juga berfungsi menjaga siklus air, penyimpanan karbon, perlindungan plasma nutfah, hingga sumber daya hayati.
Salah satu sorotan dalam buku ini adalah kondisi ekosistem laut Indonesia, yang mencakup empat tipe: terumbu karang, padang lamun, mintakat neritik, dan mintakat oseania. Sebagian ekosistem laut terpantau dalam kondisi sedang, mencerminkan adanya tekanan ekologis. Khusus padang lamun, tutupannya menurun dalam lima tahun terakhir, sementara kondisi kesehatan terumbu karang relatif stabil dalam satu dekade terakhir.