Selasa 26 Aug 2025 07:49 WIB

Di Tengah Konflik, India dan Pakistan Hadapi Ancaman Banjir Mematikan

Hujan deras di Jammu dan Kashmir memicu India mengirim peringatan banjir ke Pakistan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
India membagikan peringatan kemungkinan banjir lintas batas kepada Pakistan. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Prakash Adhikari
India membagikan peringatan kemungkinan banjir lintas batas kepada Pakistan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India membagikan peringatan kemungkinan banjir lintas batas kepada Pakistan. Hal ini diungkapkan pejabat Pakistan dan seorang sumber di New Delhi, Senin (25/8/2025) lalu. Peringatan tersebut disampaikan saat kedua negara, yang merupakan musuh bebuyutan, menghadapi banjir mematikan dan hujan monsun yang tak kunjung reda.

Berbagi informasi ini mengejutkan banyak pihak, karena New Delhi menangguhkan perjanjian berusia puluhan tahun dengan Islamabad mengenai akses air pada April lalu. Penangguhan dilakukan setelah New Delhi mengaitkan serangan mematikan terhadap turis Hindu di Kashmir India dengan Pakistan.

Baca Juga

Islamabad membantah terlibat dalam kejadian tersebut. Ketegangan meningkat pada Mei, menjadi bentrokan militer terburuk antara kedua rival bersenjata nuklir itu dalam beberapa dekade.

Seorang sumber dari India yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Komisi Tinggi India di Islamabad membagikan peringatan ini kepada Kementerian Luar Negeri Pakistan, pada Ahad (24/8/2025), atas dasar “kemanusiaan” dan bukan berdasarkan Perjanjian Perairan Indus 1960.

Dilansir laman Reuters, peringatan ini menyusul hujan deras di wilayah Jammu dan Kashmir yang berbatasan dengan Pakistan. Kementerian Luar Negeri India tidak menanggapi permintaan komentar.

Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan, peringatan itu disampaikan melalui jalur diplomatik “bukan melalui Komisi Perairan Indus seperti yang disyaratkan Perjanjian Perairan Indus.”

Banjir bulan ini di wilayah utara India, Jammu dan Kashmir, telah menewaskan sedikitnya 60 orang. Sementara itu, hampir 400 orang tewas di barat laut Pakistan. Sejak musim monsun dimulai akhir Juni, total 799 orang telah meninggal di Pakistan, menurut Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan, yang juga memperingatkan potensi hujan lebat hingga 10 September.

Pejabat manajemen bencana di Provinsi Punjab, Pakistan, Mazhar Hussain, mengatakan informasi yang dibagikan India mencakup peringatan kemungkinan lonjakan di Sungai Tawi, yang berubah menjadi Sungai Sutlej ketika memasuki Pakistan. Ia menyebut peringatan itu tidak mengungkapkan skala volume air, tetapi memperingatkan tentang banjir tinggi di sungai.

“Selain itu, hujan deras di seberang perbatasan telah mengisi bendungan India, yang akan memaksa India melepaskan air. Hujan deras di Pakistan dan air yang dilepaskan India akan menyebabkan banjir tinggi di Sutlej, Ravi, dan Chenab di Punjab,” kata Hussain.

Berdasarkan perjanjian 1960, tiga sungai yang mengalir ke barat dari India diberikan kepada Pakistan, sementara tiga sungai yang mengalir ke timur diberikan kepada India. Pakistan khawatir India dapat mencekik pasokan air utamanya yang sangat penting bagi pertanian dan pembangkit listrik tenaga air.

Dalam pernyataannya, Senin, Kementerian Luar Negeri Pakistan kembali menyerukan agar India mematuhi seluruh ketentuan Perjanjian Perairan Indus. “Deklarasi sepihak India untuk menangguhkan perjanjian tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan dapat memiliki konsekuensi negatif signifikan bagi perdamaian serta stabilitas di Asia Selatan,” kata kementerian itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement