Kamis 28 Aug 2025 07:32 WIB

Empat PLTS Diresmikan di Bali, Dorong Desa Mandiri Energi

IESR berharap proyek percontohan ini dapat diduplikasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
(Ilustrasi) PLTS milik MedcoEnergi di Karangasem, Bali.
Foto: Medco Energi
(Ilustrasi) PLTS milik MedcoEnergi di Karangasem, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR – Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Pemerintah Provinsi Bali meresmikan empat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di tiga desa sebagai bagian dari upaya mewujudkan kemandirian energi dan transisi menuju energi bersih.

Instalasi dengan total kapasitas 15,37 kilowatt peak (kWp) tersebut diresmikan di Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng. Peresmian ini menandai operasional penuh tiga sistem yang telah berjalan sejak Juli, sementara satu sistem di Kantor Camat Nusa Penida ditargetkan beroperasi pada September.

Baca Juga

Keempat PLTS itu terpasang di tiga lokasi. Di Kantor Perbekel Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng, dipasang sistem berkapasitas 3,48 kWp dengan baterai 4,8 kWh. Kapasitas yang sama juga dipasang untuk pompa air PAMSIMAS di Desa Baturinggit, Kabupaten Karangasem.

Sementara itu, Desa Batununggul di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, menerima dua instalasi. Satu berkapasitas 5,95 kWp dengan baterai 4,8 kWh di Kantor Camat Nusa Penida, dan satu lagi berkapasitas 2,46 kWp dengan baterai 5,12 kWh di SD Negeri 1 Batununggul.

Proyek percontohan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik pelayanan publik sekaligus mendukung perekonomian desa. Di Baturinggit, PLTS menggerakkan pompa air yang vital untuk 150 kepala keluarga.

Sementara di Banjarasem, PLTS diperkirakan dapat meringankan beban tagihan listrik kantor desa sebesar 50–60 persen, sehingga anggaran yang dihemat dapat dialihkan untuk kegiatan produktif warga. Pengelolaan seluruh sistem diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan staf yang telah mendapat pelatihan teknis operasi dan perawatan.

Inisiatif ini merupakan batu loncatan menuju target Bali Net Zero Emission (NZE) 2045. Menurut analisis IESR, Bali memiliki potensi energi surya sangat besar, mencapai 22 Gigawatt (GW), namun pemanfaatannya hingga kini masih kurang dari satu persen. Proyek ini menunjukkan bahwa energi terbarukan dapat diterapkan secara inklusif mulai dari tingkat desa, selaras dengan filosofi Tri Hita Karana.

“Energi terbarukan harus hadir dan dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat desa, bukan hanya untuk memenuhi listrik, tapi juga untuk mendukung ekonomi rakyat dan pelayanan publik yang hijau dan berkualitas. Inilah wajah nyata transisi energi yang inklusif,” kata CEO IESR Fabby Tumiwa dalam pernyataannya, Rabu (28/8/2025).

Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menyambut baik inisiatif ini. Ia menekankan pentingnya memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat dan efisiensi PLTS serta mereplikasi inisiatif ini di berbagai desa di Bali agar desa dapat berperan aktif dalam mencapai kemandirian energi.

Pendanaan proyek ini berasal dari lembaga filantropi ViriyaENB, yang mendukung inisiatif Bali Emisi Nol Bersih 2045 sejak 2023. IESR berharap proyek percontohan ini dapat diduplikasi dan diperluas ke seluruh desa di Bali dengan dukungan penuh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah pusat, serta menarik pendanaan dari berbagai pihak, baik publik maupun swasta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement