Sabtu 01 Nov 2025 11:31 WIB

RI Jadi Model Inovasi Konservasi di Global Ocean Innovation Challenge

Sistem pemantauan laut terpadu akan menjadi fondasi pengelolaan kawasan konservasi.

Sejumlah wisatawan asing bermain paddel board atau papan dayung di kawasan taman wisata perairan Gili Matra di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Sabtu (5/7/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan asing bermain paddel board atau papan dayung di kawasan taman wisata perairan Gili Matra di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Sabtu (5/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia menjadi model pengembangan teknologi konservasi laut lewat lokakarya Global Ocean Innovation Challenge yang mempertemukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, startup, komunitas pesisir dan mitra swasta.

Direktur Konservasi Ekosistem Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Firdaus Agung dalam pernyataan diterima di Jakarta, Sabtu (1/11/2025), menyampaikan Global Ocean Innovation Challenge diluncurkan di Asia Pasifik pada pertengahan 2025, dengan Indonesia sebagai pusat uji coba pertama.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

"Inisiatif Global Ocean Innovation Challenge ini memperlihatkan bagaimana teknologi dapat memperkuat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi laut, sejalan dengan visi 30x45. Ini langkah penting menuju target perlindungan 97,5 juta hektare kawasan laut pada tahun 2045," katanya.

Acara itu digelar pada 27-29 Oktober 2025 di Bali dan diselenggarakan oleh The Nature Conservancy (TNC) dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Indonesia sendiri menjadi pusat uji coba pertama mengingat Indonesia menjadi rumah bagi lebih dari 75 persen spesies terumbu karang dunia dan sumber pangan jutaan orang.

Dia mengharapkan Global Ocean Innovation Challenge mempercepat skala dan dampak solusi konservasi terhadap tantangan pengelolaan kawasan konservasi perairan seperti penangkapan ikan berlebih, kurangnya data pengelolaan, degradasi habitat laut, serta penurunan ketahanan pesisir.

Program itu dirancang dalam tiga fase. Fase pertama, yang berlangsung hingga tengah 2026, berfokus pada identifikasi tantangan utama, pemilihan teknologi, dan pelaksanaan percontohan atau pilot di Indonesia.

Fase kedua akan dilaksanakan di akhir 2026 dengan mereplikasi hasil di Indonesia ke beberapa lokasi lainnya di Asia Pasifik, yang menekankan pada peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dan perikanan industri berkelanjutan.

Hasil dari uji coba tersebut akan menjadi dasar pengembangan solusi berskala global di fase ketiga yang juga bertujuan membuka jalan komersialisasi bagi teknologi terpilih.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Penataan Ruang Laut Direktorat Jenderal Penataan Ruang Laut KKP, Amehr Hakim, menyampaikan bahwa salah satu fokus utama kolaborasi dan keselarasan Global Ocean Innovation Challenge adalah program sistem pemantauan laut (ocean monitoring system) yang tengah dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kemampuan pemantauan kondisi ekosistem laut.

Dia menyebut sistem pemantauan laut terpadu akan menjadi fondasi pengelolaan kawasan konservasi berbasis data. Teknologi yang dikembangkan diharapkan dapat selaras dan terintegrasi dengan ocean monitoring system di level nasional dan ocean big data yang sedang dibangun KKP.

"Kami membuka ruang bagi berbagai inovasi teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan digital twin untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi dan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) secara lebih efektif. Pendekatan yang menyeluruh ini juga dapat memperkuat visi 30x45 menuju laut yang sehat dan produktif," kata Amehr.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement