Senin 17 Nov 2025 13:01 WIB

Bagaimana Individu Berkontribusi pada Isu Perubahan Iklim?

Dari memilih pemimpin hingga bergabung dengan kelompok lingkungan bisa dilakukan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Perubahan iklim merupakan isu global yang berdampak pada hampir semua orang di seluruh dunia dan membutuhkan kerja sama semua pihak untuk mengatasinya.(ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim merupakan isu global yang berdampak pada hampir semua orang di seluruh dunia dan membutuhkan kerja sama semua pihak untuk mengatasinya.(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BELEM -- Perubahan iklim merupakan isu global yang berdampak pada hampir semua orang di seluruh dunia dan membutuhkan kerja sama semua pihak untuk mengatasinya. Para pemimpin dunia sedang menegosiasikan upaya penanggulangan pemanasan global dalam Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil.

Solusi dari perubahan iklim membutuhkan langkah-langkah strategis yang meliputi keputusan politik dan kebijakan ekonomi. Besarnya skala isu perubahan iklim membuat upaya individu untuk mengatasi masalah global ini seakan sia-sia. Karena itu, para pakar menyarankan individu untuk bergabung dalam kelompok agar dapat memberikan perubahan yang lebih berarti.

Baca Juga

“Daripada bertindak sendiri untuk membuat perubahan kecil, Anda dapat bergabung dengan kelompok untuk memberikan dampak terbesar yang bisa Anda lakukan,” kata Profesor Politik dan Kebijakan Lingkungan University of California, Leah Stokes, Senin (17/11/2025), dilansir dari laman The Associated Press.

Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan agar aksi individu dapat berkontribusi pada upaya penanggulangan krisis iklim. Pertama, memilih politisi yang peduli pada isu lingkungan, termasuk perubahan iklim.

“Anda memiliki akses langsung pada siapa yang akan membuat keputusan. Pada dasarnya, mereka yang kita pilih sebagai pemimpin akan membuat keputusan di tingkat sistem yang sangat memengaruhi hidup kita,” kata Profesor Lingkungan di Yale University, Anthony Leiserowitz.

Kepemimpinan politik berdampak langsung pada upaya penanggulangan perubahan iklim. Amerika Serikat (AS) dua kali keluar dari Perjanjian Paris setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden.

Langkah kedua adalah berbicara langsung dengan anggota legislatif, baik di tingkat lokal maupun nasional. Di AS, para pemilih dapat menghubungi Senat atau anggota House of Representatives.

Di Indonesia, individu dapat menghadiri pertemuan publik yang menghadirkan anggota legislatif. Leiserowitz mengatakan salah satu contoh yang jarang disadari publik adalah peran public utility commissions (komisi utilitas publik) yang kerap mengadakan dengar pendapat (public hearing).

Di forum tersebut diputuskan sumber energi apa yang akan digunakan, apakah energi fosil atau energi bersih yang secara langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Langkah ketiga yang dapat dilakukan individu untuk membuat perubahan nyata adalah bergabung dengan kelompok lingkungan seperti lembaga nirlaba, think tank, atau aksi hukum kolektif. Mereka sering kali mengandalkan relawan dengan keahlian khusus untuk memberikan dampak positif pada isu yang mereka protes atau dukung.

“Sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem sosial cenderung berubah bukan hanya karena itu hal yang cerdas. Mereka berubah karena ada konstituen yang menuntutnya. Dan itu khususnya berlaku di negara-negara demokrasi,” kata Leiserowitz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement