REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir separuh orang Amerika berpikir bahwa setiap orang tidak dapat memberikan banyak dampak terhadap perubahan iklim. Hal ini merujuk pada sebuah survei terbaru dari Pew Research Center.
Pew mensurvei 8.842 orang dewasa di AS antara 25 September sampai 1 Oktober 2023, untuk mengetahui pendapat mereka tentang perubahan iklim. Responden yang percaya perubahan iklim sebagai masalah serius kemudian ditanya tentang kelompok mana yang dapat melakukan banyak hal untuk memerangi krisis iklim.
Adapun responden yang menyangkal dan percaya bahwa perubahan iklim tidak serius atau bukan masalah (24 persen), tidak diberi pertanyaan tersebut.
Hasilnya, 55 persen responden menjawab bahwa industri energi merupakan kelompok yang bisa bekerja banyak guna mengatasi krisis iklim, disusul pebisnis dan perusahaan besar (52 persen). Responden juga meyakini bahwa pemerintah federal (47 persen) serta kota dan komunitas (40 persen) juga dapat berkontribusi besar dalam mengatasi perubahan iklim.
Namun, hanya 27 persen responden yang merasa bahwa upaya individu warga AS dapat berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim. Lalu, 49 persen orang Amerika berpikir bahwa individu hanya bisa melakukan sedikit atau tidak banyak aksi untuk memerangi perubahan iklim.
Sementara itu, ketika diminta untuk melihat ke masa depan hingga 30 tahun dari sekarang, 52 persen responden merasa bahwa perubahan dalam kehidupan sehari-hari akan diperlukan untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim. Sekali lagi, responden yang menyangkal perubahan iklim tidak ditanyai pertanyaan ini.
Dari survey Pew diketahui bahwa lebih dari separuh orang Amerika berpikir bahwa mereka harus membuat perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim pada tahun 2053. Namun, 49 persen orang juga merasa bahwa tidak ada yang bisa dilakukan oleh setiap orang untuk mengatasi perubahan iklim saat ini.
Profesor psikologi, Art Markman mengatakan, banyak orang yang menempatkan masalah iklim di urutan terakhir, bukan prioritas dan tidak harus disegerakan. Faktor psikologi berperan dalam hal ini.
Mark menjelaskan, seseorang terprogram untuk mengkonseptualisasikan hal-hal yang secara psikologis jauh dari mereka sebagai sesuatu yang abstrak. Dengan kata lain, perubahan iklim pada akhirnya dianggap masalah yang tidak konkrit.
“Berapa banyak teman dan keluarga yang percaya perubahan iklim dan sudah melakukan aksi untuk mengatasi perubahan iklim? Kebanyakan dari kita masih bingung dan mencari-cari alasan sehingga tidak kunjung memulai aksi,” kata Markman seperti dilansir Electrek, Kamis (26/10/2023).