REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil, menghasilkan sejumlah komitmen untuk mempercepat penggunaan bahan bakar berkelanjutan serta hidrogen terbarukan dan rendah emisi sebagai bagian dari upaya global menekan ketergantungan pada energi fosil. Salah satu hasil utama adalah peluncuran “Belém 4x Pledge on Sustainable Fuels” atau “Belém 4x.”
Inisiatif ini menargetkan peningkatan penggunaan bahan bakar berkelanjutan hingga empat kali lipat pada 2035 dibandingkan tingkat 2024. “(Janji ini) mempertimbangkan posisi awal dan kondisi nasional masing-masing negara serta didorong melalui implementasi kebijakan yang sudah berjalan ataupun baru diumumkan," demikian laporan Outcomes Report: Global Climate Action Agenda at COP 30, yang dikutip pada Senin (24/11/2025).
Bahan bakar berkelanjutan, termasuk hidrogen dan turunannya, biogas, biofuel, serta e-fuels dipandang perlu diproduksi dalam skala besar dengan biaya kompetitif untuk melengkapi elektrifikasi dan menggantikan bahan bakar fosil pada sektor transportasi dan industri.
International Energy Agency (IEA) akan memantau perkembangan janji tersebut dan melaporkannya setiap tahun. Pemantauan ini akan merujuk pada laporan IEA “Delivering Sustainable Fuels – Pathways to 2035”, yang menjadi dasar teknis pembentukan komitmen tersebut.
Sejauh ini, 23 negara mengadopsi Belém 4x, termasuk Brasil, Jepang, Italia, dan Uni Emirat Arab. Dukungan juga datang dari berbagai aktor non-negara, mulai dari Maersk, Toyota, Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO), Clean Energy Ministerial (CEM), Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Asosiasi Industri Bioenergi dan Tebu Brasil (UNICA), hingga Bayer AG dan Hydrogen Council.
Beragamnya pihak yang mendukung janji ini menunjukkan produksi dan adopsi bahan bakar berkelanjutan semakin mendapat dukungan lintas sektor. Mulai dari negara, industri hingga lembaga internasional.
Sementara itu, pengembangan hidrogen terbarukan dan rendah emisi juga mendapat dorongan besar di COP30. Pertumbuhan nyata sejak 2020 menunjukkan ambisi ini mulai terwujud, termasuk melalui Renewable and Low-Emission Hydrogen Plans to Accelerate Solutions (PAS) yang mencatat pertumbuhan sepuluh kali lipat penggunaan hidrogen rendah emisi dalam empat tahun terakhir.
Program Global Clean Hydrogen juga menerima pendanaan baru dari Global Environment Facility senilai 15,8 juta dolar AS, disalurkan melalui UNIDO. Dana ini didukung komitmen pembiayaan tambahan senilai 213,5 juta dolar dari mitra publik dan swasta di Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia, meliputi negara seperti Mesir, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Aljazair, Namibia, Filipina hingga Afrika Selatan.
Selain itu, 16 juta dolar tambahan diberikan untuk membantu industri Cina melakukan dekarbonisasi melalui hidrogen rendah emisi. UNIDO juga meluncurkan inisiatif “Accelerate to Demonstrate” untuk membantu negara berkembang mempercepat solusi dekarbonisasi.
Didukung Departemen Energi, Keamanan, dan Net Zero Inggris, program ini menyediakan dana enam juta dolar guna mendorong kolaborasi publik-swasta dan menyiapkan pipeline proposal siap investasi untuk percepatan pemanfaatan hidrogen rendah emisi.
Inisiatif 10GW Lighthouse turut menunjukkan kemajuan setelah didukung 15 lembaga pembiayaan pembangunan internasional, termasuk Bank Dunia. Program ini ditujukan membuka potensi hidrogen terbarukan di negara berkembang, dengan sepuluh negara prioritas pada 2025, seperti Brasil, Mesir, India, Maroko, Namibia, hingga Tunisia.
Dari lebih dari 500 proyek dalam pipeline global, 68 proyek telah dipetakan, sebagian besar berfokus pada dekarbonisasi produksi baja dan pupuk, sementara 1 GW kapasitas elektroliser tahap awal mulai disiapkan.
COP30 juga menjadi ajang peluncuran Low-Emission Ammonia-based Fertilizer (LEAF), inisiatif Hydrogen Council yang terdiri dari 14 anggota. Program ini bertujuan mempercepat penggunaan pupuk rendah emisi yang dapat diverifikasi dan diproduksi secara massal untuk mendekarbonisasi sektor pangan global melalui kolaborasi lintas industri, energi, pemerintah, dan lembaga keuangan.
Selain itu, International Hydrogen Trade Forum meluncurkan Implementation Statement bersama UNIDO dan Hydrogen Council untuk memperkuat pasar produk rendah emisi berbasis hidrogen. Pernyataan ini mendorong penetapan target mengikat, kuota, mandat pembelian publik, hingga pembentukan aliansi pembeli guna memacu permintaan global pada produk hijau seperti baja, semen, dan pupuk.