REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga keuangan JP Morgan menyatakan pendoman baru negara-negara dan perusahaan-perusahaan untuk mendanai aktivitas yang memiliki dampak positif pada lingkungan dan sosial dapat membuka dana 200 miliar dolar AS per tahun untuk pembangunan berkelanjutan.
Pada Rabu (24/10/2024), Impact Disclosure Taskforce mengumumkan pedoman sukarela yang bertujuan menarik investasi untuk menutupi kekurangan 4,2 triliun dolar AS per tahun untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan PBB.
Sejumlah pendanaan Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) seperti obligasi atau pinjaman untuk proyek berkelanjutan diklasifikasikan berdasarkan dorongan pasar. Namun, belum ada aturan pasti bagaimana menilai sebuah pinjaman digunakan untuk aktivitas yang memiliki dampak positif pada lingkungan dan sosial.
Banyak emiten yang kesulitan menarik investor karena lemahnya kualitas data, target dan laporan proyek berdampak positif. Pedoman baru menjabarkan lima proses untuk melakukan penilaian termasuk menilai strategi emiten untuk memastikan produk, jasa dan operasi mereka tepat sasaran.
Emiten juga harus menetapkan target, menjelaskan dampak yang ingin mereka capai, mengukur dampaknya, bagaimana cara mereka mencapainya, dan melaporkannya. “Hal ini menciptakan konsensus pasar dan industri tentang bagaimana dampak pembangunan harus diukur dan diungkapkan,” kata kepala tim lembaga pembiayaan pembangunan di JPMorgan, bank terbesar di Amerika Serikat Arsalan Mahtafar, Rabu (24/10/2024).
Mahtafar menambahkan berdasarkan jejak langkah dan target pembiayaan pembangunan JP Morgan, proyek-proyek yang diharapkan akan tersedia bagi para investor berdampak akan bernilai lebih dari 200 miliar dolar AS per tahun.
Kepala pengembangan ESG di manajer aset Amundi, Timothee Jaulin mengatakan pedoman ini akan memudahkan investor untuk menilai kriteria keberlanjutan suatu negara. Impact Disclosure Taskforce yang diketuai JPMorgan dan perusahaan keuangan Perancis Natixis memiliki lebih dari 50 anggota. Termasuk Bank Pembangunan Asia, HSBC, Eximbank, Morningstar Sustainalytics, Linklaters, dan Standard Chartered.
Pedoman ini diluncurkan tepat dengan pertemuan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Washington untuk membahas bagaimana menyalurkan lebih banyak dana untuk membantu negara-negara menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan iklim.
Pedoman ini juga diluncurkan sebelum Pertemuan Perubahan Iklim PBB di Azerbaijan pada bulan November. Di pertemuan itu negara-negara berkembang mendorong target pendanaan iklim tahunan yang lebih ambisius.