Senin 07 Apr 2025 14:04 WIB

Ilmuwan Temukan Metode Lebih Murah untuk Serap Karbon

Tim peneliti menggunakan kelembapan dan bahan-bahan yang lebih murah.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Emisi karbon (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Emisi karbon (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS -- Peneliti dari Northwestern University menemukan cara yang lebih murah dan berkelanjutan untuk menghilangkan karbon dioksida di udara. Mereka menggunakan kelembapan dan bahan-bahan yang lebih murah.

Metode yang dinamakan "moisture-swing direct air capture" dapat memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim. Apalagi, tingkat karbon dioksida di atmosfer terus meningkat.

Baca Juga

Meningkatnya emisi karbon mendorong kebutuhan teknologi untuk menurunkan atau menghilangkan karbon pada sektor-sektor yang sulit melakukan dekarbonisasi, seperti industri penerbangan, pertanian, dan konstruksi.

Dikutip dari Knowridge Science Report, metode moisture-swing carbon capture cukup menjanjikan karena tidak membutuhkan banyak energi. Karbon dioksida diserap ketika udara kering dan dilepaskan ketika udara lembab.

Saat ini upaya penangkapan karbon dioksida masih menggunakan bahan sintetik mahal yang dikenal sebagai ion exchange resins. Tapi tim peneliti Northwestern University menemukan bahan yang lebih alami dan murah, seperti karbon aktif dan oksida logam tertentu yang juga dapat berfungsi dengan baik.

Bahan-bahan ini sering kali dibuat dari limbah atau bahan baku sederhana, sehingga lebih mudah dan murah untuk diproduksi. Para peneliti mempelajari berbagai material seperti karbon nanotube, grafit, dan oksida aluminium, besi.

"Untuk pertama kalinya, kami menerapkan kerangka eksperimental yang terstruktur untuk mengidentifikasi potensi signifikan dari berbagai bahan untuk menyerap karbon dioksida," kata salah satu penulis laporan penelitian ini, kandidat doktor di bidang ilmu material dan teknik John Hegarty seperti dikutip dari situs resmi Northwestern University, Senin (7/4/2025).

Mereka menemukan oksida aluminium dan arang aktif menunjukkan kinetika atau kecepatan reaksi terbaik dalam proses menyerap karbon dioksida. Sementara oksida besi dan grafit terstruktur nano memiliki kapasitas tertinggi dalam hal jumlah karbon dioksida yang dapat diserap.

Para peneliti juga menemukan "ukuran pori" dalam suatu bahan sangat penting karena menentukan seberapa efektif karbon dioksida bisa diserap. Kinerja terbaik berasal dari bahan dengan ukuran pori menengah, sekitar 50 hingga 150 angstrom.

Dengan ukuran pori dan kimia yang tepat bahan-bahan yang lebih alami dan murah tidak hanya bisa bersaing tetapi juga  melampaui efektivitas ion exchange resins dalam menyerap karbon dioksida.

Para peneliti mengatakan metode ini dapat diterapkan hampir di mana saja. Sistem berbasis kelembaban alami menawarkan solusi ramah lingkungan tanpa membutuhkan energi tambahan. Hal ini menjadikan teknologi tersebut lebih praktis di berbagai lokasi di seluruh dunia karena mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi eksternal.

Tim penelitian ingin membawa metode baru ke tingkat aplikasi sehari-hari sehingga menjadi solusi umum daripada terbatas pada proyek-proyek besar atau mahal. Mereka berkomitmen untuk mengeksplorasi dampak lingkungan serta biaya terkait penggunaan bahan-bahan baru tersebut agar bisa memberikan gambaran menyeluruh tentang manfaatnya bagi masyarakat luas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement