Kamis 08 May 2025 09:58 WIB

Jejak Karbon Orang Kaya Picu Pemanasan Global Dua Kali Lipat

Penelitian mulai menyoroti pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Emisi karbon (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Emisi karbon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Sepuluh persen orang terkaya di bumi bertanggung jawab atas dua pertiga pemanasan global sejak tahun 1990. Para peneliti mengatakan, investasi dan konsumsi orang-orang terkaya melipatgandakan risiko gelombang panas dan kekeringan mematikan.

Temuan ini diperoleh dari penelitian pertama yang menghitung dampak konsentrasi kekayaan pada peristiwa iklim ekstrem.

“Kami menghubungkan langsung jejak karbon individu-individu terkaya pada dampak perubahan iklim yang terjadi di dunia nyata,” kata penulis penelitian dan ilmuwan ETH Zurich, Sarah Schoengart, seperti dikutip dari France 24, Kamis (8/5/2025).

Schoengart mengatakan, penelitiannya merupakan peralihan dari penelitian-penelitian perubahan iklim yang biasanya hanya menghitung karbon. Kini, penelitian mulai menyoroti akuntabilitas iklim atau pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change, dibandingkan rata-rata global, satu persen orang-orang terkaya di dunia berkontribusi 26 kali lebih banyak pada gelombang panas yang terjadi satu kali dalam satu abad dan berkontribusi 17 kali lebih banyak pada kekeringan di Amazon.

Emisi dari 10 persen orang terkaya di Cina dan Amerika Serikat (AS) meningkatkan panas ekstrem dua hingga tiga kali lipat. Gabungan emisi dua negara itu mencakup setengah dari total emisi global.

Pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi menaikkan suhu rata-rata bumi sebesar 1,3 derajat Celsius. Schoengart dan rekan-rekannya menggabungkan data ekonomi dan simulasi iklim untuk melacak emisi dari berbagai kelompok pendapatan serta meneliti dampaknya pada peristiwa cuaca ekstrem tertentu.

Para peneliti juga menekankan peran emisi yang tertanam dalam investasi keuangan, bukan hanya gaya hidup dan konsumsi pribadi.

“Aksi iklim yang tidak meminta pertanggungjawaban anggota masyarakat paling kaya berisiko kehilangan salah satu daya ungkit terkuat yang kami miliki untuk mengurangi kerusakan di masa depan,” kata Kepala Kelompok Penelitian Dampak Iklim Terpadu di International Institute for Applied Systems Analysis, Carl-Friedrich Schleussner.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement