Senin 12 May 2025 03:50 WIB

Trump Tak Percaya Perubahan Iklim, AS Berhenti Lacak Bencana Alam

Trump menekan anggaran sains iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Intan Pratiwi
Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan saat menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat, 31 Januari 2025, di Washington. Trump akan memberlakukan tarif tinggi pada Uni Eropa, Meksiko, Kanada, dan China.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan saat menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat, 31 Januari 2025, di Washington. Trump akan memberlakukan tarif tinggi pada Uni Eropa, Meksiko, Kanada, dan China.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan pemantau atmosfer dan kelautan Amerika Serikat (AS) NOAA tidak akan lagi melacak peristiwa iklim dan bencana alam yang menimbulkan kerugian miliaran dolar AS. Langkah terbaru pemerintah Presiden AS Donald Trump dalam menekan sains iklim.

Selama lebih dari lima puluh tahun, NOAA melacak berbagai peristiwa cuaca ekstrem, termasuk tornado, badai, dan kekeringan. Basis data tersebut menyediakan informasi penting bagi masyarakat, media, dan ilmuwan untuk mengukur dampak buruk perubahan iklim yang terus terjadi.

Data NOAA merupakan kumpulan data unik yang tidak dapat diakses lembaga lain. Namun pada Kamis (8/5/2025) lalu NOAA mengumumkan akan berhenti memperbarui basis data itu setelah 2024.

"Sesuai dengan perkembangan prioritas, mandat wajib dan perubahan kepegawaian. Semua data yang ada akan diarsipkan," kata NOAA dalam pernyataannya seperti dikutip dari Futurism, Ahad (11/5/2025).

Meteorolog dari Yale Climate Connection Jeff Master mengkritik keras langkah tersebut. Ia mengatakan data NOAA merupakan standar emas yang digunakan untuk mengevaluasi kerugian yang ditimbulkan peristiwa cuaca ekstrem.

"Dan ini merupakan kehilangan besar, karena terjadi ketika kami sangat membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana perubahan iklim meningkatkan kerugiaan yang ditimbulkan bencana," katanya pada media Inggris, the Guardian.

Sejak tahun 1980, NOAA mencatat 403 peristiwa iklim yang menghancurkan dengan total kerugian hingga 2.915 triliun dolar AS. Data itu menunjukkan peristiwa cuaca ekstrem semakin sering terjadi.

Media AS, CNN mencatat antara 1980 sampai 2024 rata-rata kerugian yang ditimbulkan bencana alam mencapai 9 miliar dolar AS per tahun. Namun dalam lima tahun terakhir kerugiaan yang ditimbulkan bencana alam rata-rata menjadi 24 miliar dolar AS per tahun.

Salah satu hal yang membuat basis data NOAA begitu penting adalah karena data itu dapat memanfaatkan berbagai sumber yang tidak tersedia bagi publik. Termasuk data dari perusahaan asuransi dan laporan dari lembaga lokal dan negara bagian.

Salah satu pendiri perusahaan riset risiko iklim, First Street, Jeremy Porter mengatakan tanpa basis data ini, akan sangat sulit untuk melakukan analisis tren kerusakan, terutama pada skala regional atau untuk berbagai jenis bahaya. Kecuali jika ada pendanaan besar atau akses institusional ke model-model bencana komersial.

Basis data NOAA merupakan sumber data yang sangat berharga untuk memahami dan mengukur dampak perubahan iklim terhadap frekuensi dan kerugian yang ditimbulkan bencana alam. Penghentian pembaruan basis data ini merupakan salah satu langkah Trump dalam menekan berbagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Trump tidak percaya dengan perubahan iklim dan menyebutnya sebagai "hoax" dan "penipuan". Ia mendirikan Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin miliuner Elon Musk.

Departemen itu melakukan pemangkasan besar-besaran di pemerintahan federal. Dalam proses ini, lebih dari 1.300 pegawai NOAA dipecat atau diminta mengundurkan diri secara "sukarela," dan sekitar 1.000 pegawai lainnya juga akan mengikuti langkah yang sama. Jumlah ini hampir mencapai 20 persen dari total tenaga kerja NOAA sebelumnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement