Rabu 25 Jun 2025 09:45 WIB

Yuk Intip! Gimana Kudus Berjuang Jadi Kota Asik ‘Apik dan Resik’ Lewat Inovasi Sampah

Memilah sampah, sering kali masih dianggap remeh, bahkan dihindari.

Deputy Manager Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Redi Joko Prasetyo; Kepala Dinas PKPLH Kabupaten Kudus, Abdul Halil; influenser Kudus Asik Isman Ridhwansah di Kudus, Jateng, Senin (23/6/2025).
Foto: Dok. Bakti Lingkungan Djarum Foundation
Deputy Manager Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Redi Joko Prasetyo; Kepala Dinas PKPLH Kabupaten Kudus, Abdul Halil; influenser Kudus Asik Isman Ridhwansah di Kudus, Jateng, Senin (23/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS — Permasalahan sampah menjadi isu krusial yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, tak terkecuali generasi muda. Menggerakkan anak muda untuk peduli terhadap pengelolaan sampah memang bukan perkara mudah.

Seorang influencer Kudus Asik, Isman Ridhwansah, memiliki pendekatan unik yang relevan dengan minat generasi Z dan milenial. Isman, memahami pentingnya platform digital dalam menyebarkan informasi.

Baca Juga

Berawal dari profesinya sebagai seorang chef, Isman bertransformasi menjadi environment chef dan aktif membuat konten-konten tentang isu lingkungan. Salah satunya menyoroti bagaimana pemanfaatan sisa-sisa bahan makanan.

“Gen Z dan milenial senang media digital," ujar Isman saat ditemui seusai acara Serah-Terima Bantuan Insinerator Desa Jati Kulon dan Kedungdowo oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada Senin (23/6/2025).

Jebolan MasterChef Indonesia ini menunjukkan bagaimana sisa bahan masakan bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat, bahkan bernilai ekonomis. Isman memberikan contoh konkret dari inovasinya, seperti mengolah minyak jelantah menjadi minyak bawang yang bisa digunakan untuk mi ayam, atau membuat minyak lemak sapi dari lemak daging kurban Idul Adha. Ia bahkan menciptakan bumbu penyedap dari kulit bawang.

Dalam kesempatan itu, Ridwan juga menyoroti pentingnya memilah sampah. Memilah sampah, sering kali masih dianggap remeh, bahkan dihindari. Dia pun mengakui, memilah sampah memang terasa ribet di awal. Bayangkan, Anda harus menyediakan beberapa tempat sampah terpisah untuk organik, anorganik, residu, atau bahkan memisahkan plastik, kertas, dan kaca. Setelah itu, Anda perlu memastikan sampah-sampah tersebut tidak tercampur, membersihkannya jika perlu, lalu membuangnya ke tempat yang sesuai.

Proses ini memang membutuhkan sedikit usaha ekstra di awal, terutama bagi mereka yang belum terbiasa. Namun, keribetan ini sebanding dengan manfaat besar yang akan kita rasakan.

Isman mengakui memilah sampah memang membutuhkan upaya ekstra. "Memilah sampah memang ribet sekali, awal-awal juga langsung dibuang, kecampur," katanya.

Namun, ia optimistis dengan mengatakan, “Kalau dari saya, hal baik harus dilakukan dan dipaksakan untuk hidup lebih baik”. Filosofi ini seolah menjadi cambuk bagi setiap individu untuk memulai kebiasaan baik demi lingkungan yang lebih baik.

Di Kabupaten Kudus, semangat kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan anak muda membuahkan hasil nyata dalam pengelolaan sampah. Berbagai inovasi dan program telah diluncurkan, menunjukkan komitmen kuat untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, sesuai dengan slogan "Kudus Asik: Apik dan Resik".

Pemerintah Kabupaten Kudus tidak tinggal diam menghadapi tantangan sampah. Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus, Abdul Halil, menjelaskan tentang program inovatif Kusapa (Kudus Sadar Sampah). "Ending-nya semuanya bagaimana agar masyarakat Kudus sadar terhadap lingkungan," ujar Halil.

Ia mengatakan pemerintah hadir untuk memastikan agar masyarakat bisa memberikan yang terbaik untuk lingkungan di wilayah. Program-program seperti Kusapa tidak dapat berjalan sendiri. Oleh karena itu, pemerintah menggandeng berbagai pihak, termasuk anak muda dan sektor swasta.

Halil juga menyoroti pentingnya reward dan punishment dalam upaya pengelolaan sampah. Ia menekankan bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab bersama. "Kami mohon dukungan dari seluruh pihak khususnya masyarakat. Ini tanggung jawab bersama mulai dari dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah. Harus jalan beriringan untuk bisa menyelesaikan masalah sampah Kabupaten Kudus," ujar Halil.

Jika tidak dikelola dengan bijak, sampah akan menjadi masalah serius. Kudus menghadapi tantangan besar dengan tumpukan sampah di TPA yang mencapai ratusan ton per hari. Namun, separuh dari jumlah tersebut sudah berhasil dikelola berkat bantuan masyarakat dan Bakti Lingkungan Djarum Foundation dalam pengelolaan sampah.

Yang terbaru, Bakti Lingkungan Djarum Foundation memberikan bantuan insinerator untuk pengolahan sampah residu di Kudus. Menurut dia, keputusan untuk menggunakan insinerator adalah langkah strategis untuk menangani sampah residu.

"Kenapa kita putuskan pakai insinerator? Karena alat ini adalah bagian dari penyelesaian masalah sampah residu karena memang tidak ada sisa atau tidak ada sesuatu yang memang untuk bisa digunakan lagi," ujar Halil.

Dia berharap insinerator dapat membantu mengelola sampah secara masif di tingkat desa. "Kalau bukan kita yang memilah sampah, siapa lagi?,” ujarnya.

Bakti Lingkungan Djarum Foundation menjadi mitra strategis dalam upaya pengelolaan sampah di Kudus. Deputy Manager Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Redi Joko Prasetyo, menjelaskan bahwa mereka memilih Desa Jati Kulon dan Kedungdowo sebagai proyek percontohan karena infrastruktur yang siap dan komitmen tinggi dari masyarakat serta perangkat desa. "Ternyata setelah kita pelajari, untuk menyelesaikan sampah butuh beberapa solusi. Sampah harus dipilah, karena setelah dipilah solusi berbeda-beda,” kata dia.

Sejak 2018, BLDF telah membantu mengolah sampah organik, dan program tersebut masih berjalan hingga saat ini. Untuk sampah anorganik, mereka membentuk bank sampah agar memiliki nilai ekonomis. Namun, ada satu tantangan besar yaitu sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi atau sampah residu.

"Tapi punya PR satu lagi yaitu sampah yang tidak bisa dimanfaatkan. Dikompos, daur ulang, dijual, atau dijual tidak bisa," ujar Redi.

Solusi terakhir untuk sampah residu ini adalah insinerator. BLDF juga memiliki inovasi pada teknologi insinerator yang mereka kembangkan.

"Insinerator ini dioperasikan oleh masyarakat, yang jadi pertimbangan yaitu biaya operasional murah karena tanpa bahan bakar tambahan," kata Redi.

Insinerator yang mereka desain cukup menggunakan sampah itu sendiri sebagai bahan bakar. Selain itu, aspek keamanan menjadi prioritas utama. "Kita sangat concern dengan safety sehingga kita desain agar sistem keselamatan baik, tidak akan terjadi backdraft atau api yang balik ke operator," kata Redi.

Pembakaran yang optimal juga menjadi keunggulan, didukung oleh distribusi udara yang lebih merata. Fitur Internet of Things (IoT) juga disematkan, memungkinkan data terekam dan anomali dapat terdeteksi.

Redi mengatakan permasalahan sampah dapat diselesaikan melalui kolaborasi. BLDF bekerja sama dengan Pemkab Kudus untuk menyusun peta jalan pengelolaan sampah. Harapan BLDF adalah komitmen yang telah diberikan dapat membantu Kabupaten Kudus menjadi "Kudus Asik: Apik dan Resik".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement