REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengubah gaya hidup menjadi lebih berorientasikan ramah lingkungan dinilai dapat membantu mengatasi kenaikan suhu bumi akibat efek gas rumah kaca. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat untuk berani mengubah lifestyle (gaya hidup).
"Laju kenaikan suhu bumi yang seolah melompat ini karena adanya gas-gas rumah kaca," katanya dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang disiarkan secara daring di Jakarta, Senin (16/10/2023).
Ia mengatakan penyebab utama perubahan iklim karena penggunaan energi fosil yang berlebihan, sehingga dengan mengendalikan penggunaan energi tersebut dapat memitigasi kenaikan suhu yang diprediksi mencapai tiga kali lipat pada akhir abad ke-21. Menurutnya, cara yang bisa dilakukan masyarakat dengan beralih menggunakan transportasi publik yang ramah lingkungan serta mulai mau menggunakan kendaraan listrik dan memanfaatkan energi surya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, ia mengatakan, rutin melakukan penanaman juga menjadi solusi agar emisi karbon yang dihasilkan dari efek gas rumah kaca bisa terserap. Dwikorita menyampaikan melalui stasiun pemantau atmosfer global di Bukit Kototabang, Sumatra Barat mencatat adanya kenaikan konsenstrasi karbon dioksida (CO2) di Indonesia dalam 18 tahun terakhir.
"Tahun 2004 sekitar 372 ppm, sedangkan data terbaru tahun 2022 menjadi 312 ppm, berarti kenaikannya selama 18 tahun terakhir mencapai 40 ppm lebih," katanya.
Menurut laporan yang dirilis lembaga nirlaba pemerhati perubahan iklim Climate Central, dalam rentang Juni-Agustus 2023 sebanyak 98 persen atau 7,95 miliar populasi manusia di 180 negara dan 22 wilayah, mengalami kenaikan suhu dua kali lebih tinggi. Ini terjadi akibat dari produksi polusi karbon yang terperangkap dan menjadi panas di atmosfer bumi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
