Selasa 26 Dec 2023 18:05 WIB

Studi: Transisi Hijau Pengaruhi Persaingan dan Konsentrasi Pasar Bisnis

Transisi hijau menjadi keharusan di tengah perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Transisi hijau menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan telah menjadi sebuah keharusan untuk memerangi perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan polusi.
Foto: www.freepik.com
Transisi hijau menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan telah menjadi sebuah keharusan untuk memerangi perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan polusi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transisi hijau menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan telah menjadi sebuah keharusan untuk memerangi perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan polusi. Bisnis telah dipaksa untuk beralih dari bahan bakar fosil tradisional ke sumber energi terbarukan.

Namun, bagaimana transformasi ini memengaruhi pasar dan persaingan antar perusahaan? Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di University of Rovira I Virgili (URV) telah mencari jawaban atas pertanyaan ini. Mereka juga menyoroti perlunya tindakan segera dalam kebijakan lingkungan agar transisi hijau bisa berjalan semestinya, serta tidak ada risiko lingkungan, monopoli perusahaan, atau kurangnya investasi.

Baca Juga

Dipublikasikan di Journal of Cleaner Production, studi ini mengembangkan model teoritis persaingan yang mempertimbangkan tiga skenario yang mungkin terjadi selama transisi hijau. Pada skenario pertama, perusahaan tidak melakukan investasi dalam proses yang lebih berkelanjutan; sebaliknya, mereka melanggengkan produksi bahan yang beracun bagi lingkungan.

Skenario kedua mengusulkan transisi parsial, di mana setengah dari perusahaan berinvestasi dalam transisi hijau sementara setengah lainnya mempertahankan proses produksi konvensional. Akhirnya, dalam skenario ketiga, semua perusahaan berinvestasi dalam transisi hijau dan produksi bebas emisi.

Dua skenario pertama menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan konsentrasi pasar dan berkurangnya persaingan. Studi ini memperingatkan urgensi mitigasi risiko lingkungan dan ekonomi yang terkait dengan pertukaran dalam dua skenario pertama.

“Menurut model teoritis, beralih ke sistem produksi yang lebih berkelanjutan melibatkan biaya yang tinggi bagi industri, dan ini adalah alasan utama mengapa hanya sedikit perusahaan yang berkomitmen untuk beralih ke proses yang berkelanjutan,” kata Antonio Osorio, seorang peneliti di Departemen Ekonomi URV, yang memimpin penelitian ini.

Makalah ini juga menemukan bahwa kenaikan harga tidak dapat dihindari selama proses transisi hijau. Hal ini disebabkan oleh perubahan yang diperlukan dalam praktik produksi dan biaya yang terkait dengan penerapan teknologi dan bahan yang lebih ramah lingkungan.

Tim peneliti menunjukkan bahwa skenario ini memperburuk kenaikan harga. Alasannya adalah diferensiasi vertikal, yang menyiratkan bahwa "green leader" yang telah melakukan transisi, menikmati keunggulan kompetitif karena memperoleh posisi terdepan sebagai pengadopsi awal praktik-praktik yang bermanfaat bagi lingkungan. Dalam jangka panjang, green leader dapat melanggengkan keunggulan tersebut dalam bentuk monopoli atau kekuatan pasar.

Studi ini juga mencatat bahwa meskipun harga lebih tinggi dalam skenario yang mengasumsikan bahwa semua perusahaan melakukan transisi ramah lingkungan, ini adalah skenario yang memberikan manfaat maksimal secara keseluruhan.

"Dalam hal ini, karena kepedulian mereka terhadap lingkungan, konsumen bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk yang ramah lingkungan. Meskipun biayanya lebih tinggi, kepuasan konsumen terhadap lingkungan meningkatkan keuntungan mereka secara keseluruhan dalam situasi ini," kata Osorio seperti dilansir Phys, Selasa (26/12/2023).

Singkatnya, meskipun kenaikan harga tidak dapat dihindari selama transisi ramah lingkungan, pilihan strategi bisnis dan respons konsumen dapat secara signifikan memengaruhi keuntungan secara keseluruhan dan pada akhirnya bertransisi ke praktik yang lebih berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement