REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – China berencana melakukan perubahan besar dalam menetapkan target iklimnya. Salah satunya dengan mengadopsi pengurangan emisi karbon dioksida berdasarkan volume dan bukan berdasarkan pertumbuhan ekonomi.
Rencana tersebut diungkap oleh badan perencanaan ekonomi NRDC China. Dengan populasi 1,4 miliar dan industri manufaktur yang sangat besar, China sejauh ini merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang menurut ilmuwan mendorong perubahan iklim serta membuat cuaca ekstrem lebih sering dan intens.
Hingga saat ini, China telah menetapkan target iklim berdasarkan intensitas karbon dari pertumbuhan ekonominya, yang berarti negara ini telah menetapkan tujuan untuk mengurangi emisi per unit kekayaan yang dihasilkan.
“Setelah puncak emisi karbon tercapai, yang ditargetkan oleh China pada 2030, sistem kontrol emisi karbon ganda akan diterapkan, dengan kontrol volume total sebagai target utama,” demikian kata badan perencanaan ekonomi NRDC Cina, dilansir Business Times, Ahad (4/8/2024).
Greenpeace menyambut baik langkah yang diambil pada Jumat (2/8/2024) tersebut sebagai upaya menuju pemisahan target iklim dari pertumbuhan ekonomi.
"Untuk pertama kalinya Cina menetapkan batasan emisi yang keras, yang akan mulai memandu pengurangan emisi setelah tahun 2030. China sekarang secara bertahap melepaskan pengurangan emisi dari pertumbuhan ekonomi," ujar Yao Zhe, penasihat kebijakan global Greenpeace Asia Timur di Beijing.
Meskipun China telah berjanji untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060, negara ini diharapkan untuk menggunakan metodologi baru ini untuk menetapkan tujuan iklim yang baru, menurut para ahli.
Di bawah perjanjian iklim Paris, negara-negara harus menguraikan rencana mereka untuk berkontribusi pada upaya kolektif dalam menghadapi perubahan iklim dalam rencana yang dikenal sebagai Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC).
Untuk memenuhi tujuan iklim global, negara-negara diharapkan untuk menyerahkan target yang ditingkatkan untuk tahun 2035, sebelum tenggat waktu PBB pada tanggal 10 Februari 2025. "NDC (China) akan berisi target pengurangan emisi absolut dengan target tahun 2035. China telah berkomitmen untuk merilisnya pada bulan Februari 2025. Ini akan menjadi pertama kalinya kita melihat target emisi absolut dari China," ujar Li Shuo, seorang ahli iklim di lembaga think tank Asia Society Policy Institute.
Untuk mencapai target iklimnya, negara raksasa di Asia ini secara besar-besaran mengembangkan kapasitas energi terbarukannya. Jika kapasitas energi terbarukan terus tumbuh pada tingkat rekor, emisi China mungkin telah mencapai puncaknya pada 2023.