REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru menemukan kecepatan mencairnya es laut di Antartika saat ini dapat menjadi titik balik bagi iklim global, memicu kenaikan permukaan laut, perubahan arus laut, hingga hilangnya keanekaragaman hayati laut yang sulit dipulihkan. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature menyoroti keterkaitan dampak pemanasan global di Antartika, benua beku di Kutub Selatan, dengan detail yang belum pernah dijabarkan sebelumnya.
“Bukti mulai menunjukkan perubahan yang cepat, saling terkait, dan terkadang memperkuat diri sendiri di lingkungan Antartika,” tulis laporan itu yang dipublikasi, Rabu (20/8/2025).
Para peneliti menggabungkan data dari observasi, inti es, hingga catatan perjalanan kapal untuk melacak perubahan jangka panjang pada area es laut, sekaligus menempatkan penurunan drastis beberapa tahun terakhir dalam konteks sejarah yang lebih luas.
“Terjadi perubahan besar yang membuat luas es laut Antartika berada jauh di bawah variasi alaminya selama berabad-abad. Dalam beberapa hal, kondisi ini lebih mendadak, nonlinier, dan berpotensi tidak dapat dipulihkan dibandingkan dengan hilangnya es laut Arktik,” tulis studi tersebut.
Perubahan itu menimbulkan efek berantai pada ekosistem, dalam beberapa kasus saling memperkuat. “Lembaran es yang lebih kecil memantulkan lebih sedikit radiasi matahari, sehingga planet ini menyerap lebih banyak panas,” kata Nerilie Abram, penulis utama studi, yang kini menjabat kepala ilmuwan di Australian Antarctic Division.
Dampak lain adalah pelemahan Antarctic Overturning Circulation, arus laut raksasa yang berperan mendistribusikan panas, nutrisi, serta mengatur cuaca global. Hilangnya es juga mengancam kehidupan satwa, seperti pinguin kaisar yang berkembang biak di atas es, serta krill yang bergantung pada lapisan es di perairan.
Air permukaan yang semakin hangat juga akan mengurangi populasi fitoplankton, organisme yang menyerap karbon dalam jumlah besar dari atmosfer.
“Es laut Antartika mungkin sebenarnya salah satu titik balik dalam sistem Bumi,” ujar Abram, mantan profesor di Universitas Nasional Australia (ANU).
Menurut studi itu, pengendalian emisi karbon dioksida dapat mengurangi risiko perubahan besar di Antartika, namun tidak menjamin untuk mencegahnya. “Begitu kita mulai kehilangan es laut Antartika, kita memicu proses yang memperkuat dirinya sendiri. Bahkan bila iklim distabilkan, kita tetap akan kehilangan es laut Antartika selama berabad-abad mendatang,” kata Abram.