Selasa 11 Feb 2025 12:00 WIB

Penelitian Terbaru Ungkap Dunia Hampir Pasti Lampaui Ambang Batas Kenaikan Suhu

Pemanasan globaldapat dihentikan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ambang batas kenaikan suhu bumi sudah hampir pasti terlewati.
Foto: republika
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ambang batas kenaikan suhu bumi sudah hampir pasti terlewati.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Dua penelitian terbaru mengungkapkan kemungkinan besar dunia sudah melewati ambang batas kenaikan suhu global di atas 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri yang disepakati dalam Perjanjian Paris. Perjanjian Paris yang ditandatangani 196 negara pada 2015 bertujuan membatasi emisi gas rumah kaca di bawah 2 derajat Celsius, dengan batas ideal 1,5 derajat Celsius di bawah masa pra-industri.

Analisa terbaru menunjukkan suhu bumi sudah melewati batas tersebut. Penelitian-penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Change juga menekankan pentingnya pemangkasan emisi. "Setiap kenaikan suhu panas di atas 1,5 derajat Celsius, artinya panas semakin ekstrem. Bila kita terus memanaskan atmosfer, konsekuensinya akan semakin besar," kata penulis salah satu penelitian, dari Environment and Climate Change Canada, Alex Cannon seperti dikutip dari the Japan Times, Selasa (11/2/2025).  

Baca Juga

Pada tahun 2024, untuk pertama kalinya dalam sejarah suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius dari rata-rata masa pra-industri sepanjang tahun. Hal ini sangat berbeda dari proyeksi sebelumnya.

Dalam laporannya tahun 2023, badan perubahan iklim PBB (IPCC) mengatakan suhu bumi akan di atas 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030 bila tidak ada pemangkasan emisi. Canon mengatakan suhu tahun 2024 membuat para ilmuwan bertanya-tanya.

"Apakah ini pertanda? Apakah kenaikan suhu jangka-pendek di atas tingkat tersebut menunjukkan kita benar-benar mencapai target tersebut lebih cepat dari yang diharapkan?" kata Cannon.

Alasan dari pertanyaan tersebut karena batas 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan di Perjanjian Paris tidak fokus pada suhu rata-rata harian bahkan tahunan. Tapi rata-rata 20 tahun, artinya belum diketahui pasti apakah bumi sudah melewati 1,5 derajat Celsius setelah periode tersebut.

Dua penelitian terbaru mencoba menyiasatinya dengan menggunakan model-model iklim untuk melihat apa yang terjadi ke depan dengan data yang ada saat ini. Tujuannya untuk melihat apakah bumi sudah memasuki periode 20 tahun tersebut.

Penelitian Canon dan penelitian terpisah yang dipimpin ilmuwan iklim Helmholtz Centre for Environmental Research di Jerman, Emanuele Bevacqua, menemukan apa yang sebenarnya terjadi.

"Saya mengumumkan target 1,5 derajat Celsius hampir terlewati, ya dalam satu tahun di atas 1,5 derajat tidak berarti tidak serta merta berarti suhu rata-rata selama periode 20 tahun berikutnya akan mencapai 1,5 derajat Celsius," kata peneliti di Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa yang tidak terlibat dua penelitian tersebut, Kate Marvel.

Namun, kata Marvel, dua penelitian ini memberikan argumen yang cukup meyakinkan berdasarkan model-model iklim, kenaikan suhu tahunan pertama di atas 1,5 derajat Celsius kemungkinan akan terjadi dalam periode 20 tahun tersebut. Temuan dua penelitian ini bagian dari semakin banyaknya lembaga penelitian yang memperingatkan target-target iklim mungkin sudah sulit dicapai dan pemanasan global semakin cepat terjadi.

Hal itu terlihat bulan lalu saat terjadinya Januari terpanas dalam catatan sejarah meski ada La Nina yang biasanya mendinginkan sebagian besar wilayah bumi. Penelitian-penelitian terbaru menempatkan peluang bumi sudah melewati 1,5 dejarat pada periode 20 tahun "kemungkinan terjadi" dan "hampir pasti terjadi."

Meskipun demikian, baik Cannon maupun Bevacqua setuju pemanasan dapat dihentikan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara drastis. Tetapi, peluang terjadinya hal itu semakin mengecil mengingat kebijakan-kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Trump terhadap aksi iklim.

Ambang batas 1,5 derajat Celsius dimasukkan dalam Perjanjian Paris sebagian besar atas permintaan negara-negara berkembang kepulauan kecil. Sebagian besar negara-negara tersebut akan musnah dari peta akibat kenaikan permukaan air laut jika planet ini memanas melebihi ambang batas tersebut.

Penelitian yang terbaru menemukan bahkan pada tingkat 1,5 derajat Celsius, negara-negara pulau kecil menghadapi risiko banjir akibat kenaikan permukaan laut. Bevacqua mengatakan, apabila dunia bisa mencapai ambang batas 1,5 derajat Celsius di masa depan, maka dunia tetap harus mempertahankannya.

Pemangkasan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil sudah diserukan selama bertahun-tahun. Namun, dunia gagal mengindahkannya karena polusi karbon terus meningkat hingga mencapai rekor tertinggi.

“Pengurangan emisi jangka pendek yang cepat dapat membatasi puncak pemanasan dan mengurangi risiko iklim, apakah hal tersebut perlu dilakukan atau tidak, bukan hanya para ilmuwan yang memutuskan," kata Marvel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement