REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) mendorong hilirisasi industri nasional yang terintegrasi dengan penggunaan energi bersih dan transformasi digital. Ketua Umum HKI Akhmad Ma’ruf Maulana menyebutkan, kawasan industri masa depan harus adaptif terhadap tren global, termasuk tuntutan akan keberlanjutan dan efisiensi energi.
Industri hijau dinilai akan meningkatkan daya saing Indonesia dalam menarik investasi global.
“Pemerintah sekarang membuka ruang itu (kawasan industri hijau) untuk kawasan tertentu, seperti di Kepulauan Riau,” kata Ma’ruf saat ditemui di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Ia menambahkan bahwa kawasan industri di Kepulauan Riau menjadi salah satu contoh konkret dari arah baru pembangunan kawasan industri di Indonesia.
“Dan kita pastinya (mendukung) punya kawasan industri di Kepri yang (mengadopsi) industri hijau dan renewable, dan itu hilirisasi serta integrated semuanya,” ujarnya.
Ma’ruf menilai, transformasi ke arah industri hijau merupakan langkah penting agar Indonesia mampu bersaing sebagai destinasi investasi global.
“Kita akan membuat sebuah program bagaimana Indonesia tumbuh menjadi tempat tujuan investasi yang lebih kompetitif dan lebih murah. Kita harus bikin terobosan yang lebih kompetitif,” ujarnya.
Salah satu inisiatif kunci adalah pengembangan Kawasan Industri Hijau Terintegrasi di Provinsi Kepulauan Riau, yang menjadi bagian dari kerja sama strategis antara Indonesia dan Singapura. Proyek ini dikukuhkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Zona Industri Berkelanjutan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Energi dan Ilmu Pengetahuan & Teknologi Singapura Tan See Leng. Penandatanganan disaksikan langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong di Singapura, Senin (16/6/2025).
Zona industri ini dirancang memiliki ekosistem industri rendah karbon. Energi untuk kawasan akan disuplai melalui perdagangan listrik lintas batas berbasis energi terbarukan.
Di sisi lain, emisi industri akan ditekan lewat implementasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS), yang ditindaklanjuti dalam MoU tersendiri.
Proyek ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi ekspansi energi surya dan panas bumi nasional, sekaligus menyediakan solusi dekarbonisasi bagi sektor-sektor yang sulit dialihkan dari energi fosil. Kawasan hijau ini juga ditargetkan menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan mempercepat transfer teknologi maju ke industri nasional.