Senin 25 Aug 2025 12:23 WIB

China Tutup Kota Wisata Sanya Saat Badai Kajiki Mengganas

Pemerintah tingkatkan status darurat dan hentikan aktivitas publik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
China menutup kota wisata Sanya ketika Badai Kajiki semakin intensif. (ilustrasi)
Foto: pxhere
China menutup kota wisata Sanya ketika Badai Kajiki semakin intensif. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menutup kota wisata Sanya ketika Badai Kajiki semakin intensif. Bisnis di kota selatan yang terkenal dengan pantai itu ditutup, sementara operasi transportasi publik juga ditangguhkan.

Pusat Meteorologi China melaporkan hingga Ahad (24/8/2025) pukul 09.00 waktu setempat, Kajiki berada sekitar 200 kilometer tenggara Sanya, Provinsi Hainan, dengan kecepatan angin maksimum 38 meter per detik di dekat pusat badai.

Baca Juga

Dikutip dari laman Reuters, badan prakiraan cuaca itu menambahkan, Kajiki diperkirakan bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 20 kilometer per jam, disertai angin maksimum 48 meter per detik.

Badai tersebut berpotensi mendarat di sepanjang pesisir Hainan pada Ahad sore hingga malam, atau melewati garis pantainya sebelum bergerak ke Vietnam di sebelah barat. Pusat Meteorologi China juga memperkirakan hujan lebat dan angin kencang di Hainan, Provinsi Guangdong, serta Daerah Otonom Guangxi. Curah hujan di Hainan diperkirakan mencapai 400 milimeter.

Pada Ahad pagi, pemerintah kota Sanya mengeluarkan peringatan bahaya badai serta meningkatkan respons kedaruratan ke tingkat tertinggi melalui aplikasi WeChat. Pejabat kota menggelar rapat darurat pada Sabtu malam, menyerukan kesiapan menghadapi “skenario terburuk” dan menekankan kewaspadaan untuk mencegah korban jiwa serta meminimalkan kerugian.

Mulai Ahad, seluruh kegiatan belajar-mengajar dan proyek konstruksi dihentikan. Pusat perbelanjaan, restoran, dan supermarket ditutup, sementara kapal-kapal dilarang beroperasi di perairan Sanya. Pemerintah mengatakan pencabutan pembatasan akan bergantung pada dampak badai.

Menurut kantor berita Xinhua, Sanya merupakan salah satu destinasi wisata terpopuler di China, dengan 34 juta kunjungan wisatawan sepanjang 2024.

Sejak Juli, curah hujan ekstrem melanda wilayah utara dan selatan China. Para ahli meteorologi menyebutnya sebagai peristiwa cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

Kondisi itu menguji kesiapan pemerintah daerah sekaligus menimbulkan risiko besar bagi keselamatan warga dan perekonomian. Data Kementerian Manajemen Darurat menunjukkan bencana alam, termasuk banjir dan kekeringan, menyebabkan kerugian ekonomi langsung sebesar 52,15 miliar yuan atau sekitar 7,28 miliar dolar AS pada Juli. Jutaan orang terdampak, sementara 295 orang dilaporkan tewas atau hilang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ESG Now (@esg.now)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement