Kamis 09 Nov 2023 01:27 WIB

Pakar: Perubahan Iklim Bisa Berdampak Terhadap Pembangunan Infrastruktur Indonesia  

Perlu desain infrastruktur fisik yang tahan terhadap perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan perubahan iklim. (ilustrasi).
Foto: Fanny Octavianus/Antara
Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan perubahan iklim. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim telah menjadi isu global yang semakin memengaruhi berbagai sektor di seluruh dunia, termasuk pembangunan infrastruktur Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, dampak perubahan iklim telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan para ahli.

Dosen Teknik Sipil dan Perencanaan dari Universitas Trisakti, Endah Kurniyaningrum, mengatakan perubahan iklim dapat berdampak terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dia menjelaskan perubahan iklim disebabkan oleh gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti deforestasi, kebakaran hutan, pertanian padi, peternakan, dan pemakaian pupuk yang tidak ramah lingkungan.

Baca Juga

Perubahan iklim mengancam kehidupan manusia dengan dampak seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur, yang berpotensi menyebabkan kerugian ekonomis. Endah menyoroti perlunya upaya adaptasi, peningkatan kompetensi, dan kerjasama antar pemangku kepentingan untuk menghadapi ancaman ini. Dia juga menekankan perlunya desain infrastruktur fisik yang tahan terhadap perubahan iklim, penggunaan bahan konstruksi tahan cuaca ekstrem, dan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

"Untuk menghadapinya, diperlukan upaya adaptasi, peningkatan kompetensi, serta kerjasama antar pemangku kepentingan. Selain itu, kita perlu menyesuaikan desain infrastruktur fisik agar tahan terhadap perubahan iklim, menggunakan bahan konstruksi tahan cuaca ekstrem, dan menerapkan sistem transportasi yang ramah lingkungan," kata Endah seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (8/11/2023).

Sementara itu, Perekayasa Ahli Utama PRLTB BRIN, Widiatmini Sih Winanti, mengusulkan solusi alternatif berupa konsep silvofishery untuk mengatasi kerentanan pesisir akibat perubahan iklim di Indonesia. Silvofishery menggabungkan penanaman vegetasi hutan mangrove dengan budidaya tambak rumput laut, yang dapat berperan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Selain itu, Silvofishery dapat menjaga lingkungan, melindungi pantai, serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Penerapan Silvofishery telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan tanaman mangrove dan mengurangi emisi karbon.

“Perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi Indonesia. Menjaga keberlanjutan lingkungan, dan melindungi masa depan generasi mendatang harus menjadi landasan utama kita ke depannya, dan metode ini dapat menjadi solusi bagi konservasi lingkungan dan mitigasi perubahan iklim,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement