REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kualitas udara di DKI Jakarta pada Rabu (9/4/2025) pagi masuk ke dalam kategori tidak sehat berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, seiring telah berakhirnya libur Lebaran. Sebelumnya, kualitas udara Jakarta tercatat membaik saat arus mudik dan Idul Fitri.
Berdasarkan pantauan pada pukul 05.40 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/ AQI) di Jakarta berada pada angka 153 dan partikel halus berdiameter 2,5 mikro meter (Particulate Matter/PM 2.5) berada di angka 58 mikrogram per meter kubik.
Sementara itu, kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu pagi di peringkat pertama, yaitu Kathmandu (Nepal) di angka 186, kedua ada Lahore (Pakistan) di angka 183, ketiga Delhi (India) di angka 176, keempat Hanoi (Vietnam) di angka 164. Di urutan kelima ada Kampala (Uganda) di angka 157. Sedangkan DKI Jakarta masuk ke dalam peringkat delapan pada pagi hari ini.
Selanjutnya, berdasarkan Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara di lima lokasi Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) berada pada kategori sedang atau nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Beberapa titik SPKU tersebut seperti Pasar Minggu (Jakarta Selatan) dengan Indeks Kualitas Udara di angka 84 dan Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dengan Indeks di angka 79.
Kelapa Gading (Jakarta Utara) di angka 64, Kalideres (Jakarta Barat) di angka 69, dan Pulogadung (Jakarta Timur) ada di angka 71.
Melalui laman tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta menganjurkan agar setiap orang di wilayah yang disebutkan tadi untuk memakai masker apabila beraktivitas di luar ruang (outdoor).
Sementara bagi kelompok sensitif dianjurkan untuk lebih sering beristirahat serta beraktivitas ringan, membawa obat pribadi, dan juga memakai masker.
Sebelumnya, kualitas udara di Jakarta pada H+1 Lebaran 2025 masuk ke dalam kategori baik. Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 50 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5 sebesar 9 mikrogram per meter kubik. Dengan kualitas udara yang baik, masyarakat bisa menikmati aktivitas luar ruangan.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta sebelumnya mencatat adanya peningkatan kualitas udara yang signifikan selama periode Idul Fitri 2025 yaitu dari 24 Maret hingga 6 April 2025. Data DLH DKI menujukkan bahwa konsentrasi polutan saat Idul Fitri 2025 lebih rendah dibandingkan 2023 dan 2024.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, kualitas udara pada Idul Fitri 2025 menunjukkan angka yang signifikan. Dibandingkan 2024, terjadi penurunan konsentrasi polutan sebesar 43–75 persen dan jika dibandingkan 2023, penurunan berada pada kisaran 18–69 persen.
“Maka dari itu, dari sisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Jakarta berada dalam kategori ‘baik’ saat Hari Raya pertama, sedangkan pada periode pemantauan hari kedua masuk ke dalam kategori ‘sedang’," kata dia dalam keterangan tertulis pada Selasa (8/4/2025).
Asep menjelaskan berdasarkan pemantauan konsentrasi per jam PM 2,5, terlihat adanya tren penurunan yang cukup jelas saat Hari Raya Idul Fitri dibandingkan dengan H-7 hingga H-4. “Konsentrasi PM 2,5 tertinggi justru tercatat pada 26 dan 27 Maret 2025, yang merupakan hari-hari terakhir sebelum cuti bersama. Ini kemungkinan besar karena aktivitas masyarakat di Jakarta masih tinggi menjelang libur panjang,” ujar Asep.