REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menggandeng perusahaan energi terbarukan asal Filipina, Citicore Renewable Energy Corporation (CREC), untuk memperluas investasi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Kolaborasi ini juga mencakup pengembangan serta perdagangan kredit karbon dari proyek-proyek EBT dalam negeri.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam penandatanganan framework agreement atau perjanjian kerangka kerja, yang menjadi dasar penjajakan potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia.
CEO Pertamina NRE, John Anis, menyebut pengembangan energi hijau kini menjadi fokus utama pemerintah sebagai bagian dari upaya mencapai kemandirian energi. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034, PLTS mendapat porsi signifikan sebesar 17,1 gigawatt (GW).
“RUPTL baru memberi ruang lebih besar untuk energi terbarukan, dengan 17,1 gigawatt dari panel surya, jadi ini peluang yang bisa kita kembangkan bersama. Kami akan manfaatkan semua peluang ini,” kata John dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman energi antara Indonesia dan Filipina yang ditandatangani pada Januari 2024. Dalam kesempatan yang sama, Pertamina NRE juga meneken perjanjian strategis untuk mengakuisisi 20 persen saham CREC senilai 120 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,96 triliun.
“Bagi Pertamina NRE, kerja sama ini akan meningkatkan portofolio energi hijau sekaligus pertukaran pengetahuan serta teknologi untuk meningkatkan kapabilitas dalam pengembangan energi hijau,” ujarnya.
Saat ini, grup Citicore mengoperasikan PLTS dengan total kapasitas 287 megawatt (MW), dan menargetkan 5 GW dalam lima tahun, di mana 1 GW ditargetkan tercapai tahun ini. Untuk proyek PLTB, Citicore memiliki portofolio hingga 803 MW, dengan 543 MW di antaranya masih dalam tahap pengembangan.
Chairman CREC, Edgar Saavedra, menyampaikan bahwa Filipina tengah mendorong transformasi menuju negara maju berbasis energi bersih. Karena itu, kolaborasi lintas negara menjadi penting untuk mendukung visi tersebut.
“Bersama Pertamina NRE, kami akan menciptakan solusi energi bersih yang responsif dan kolaboratif untuk Filipina maupun Indonesia,” kata Edgar.
Ia menegaskan bahwa kerja sama ini tidak semata soal bisnis, tapi juga menyangkut ketahanan dan kemitraan energi. “Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang sangat besar dan bisa memberi manfaat untuk kehidupan bersama,” ujarnya.