Kamis 21 Sep 2023 20:29 WIB

Penelitian Ungkap Perubahan Iklim Percepat Kepunahan Fauna

Laju kepunahan meningkat dari waktu ke waktu karena perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perubahan iklim menyebabkan laju kepunahan menjadi lebih cepat dari waktu ke waktu.
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim menyebabkan laju kepunahan menjadi lebih cepat dari waktu ke waktu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim bisa menjadi topik yang diperdebatkan, dan banyak yang masih belum yakin bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi. Namun, penelitian baru yang berfokus pada satu spesies kadal di Arizona Tenggara mengungkap bukti mengejutkan tentang percepatan kepunahan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Para peneliti di University of Arizona mensurvei populasi kadal berduri Yarrow di 18 pegunungan di negara bagian Arizona, menganalisis laju kepunahan terkait iklim dari waktu ke waktu.

Baca Juga

"Tingkat kepunahan yang kami temukan selama tujuh tahun terakhir serupa dengan yang terlihat pada penelitian lain yang berlangsung selama hampir 70 tahun," kata John J Wiens, seorang profesor di Departemen Ekologi dan Biologi Evolusioner dan penulis senior penelitian ini.

Kadal berduri Yarrow merupakan kadal asli Amerika Serikat bagian barat daya, dan dapat ditemukan di hutan ek dan pinus di 18 pegunungan Sky Islands di Arizona.

Sebagai permulaan, tim peneliti melakukan serangkaian survei awal terhadap kadal berduri Yarrow di pegunungan ini antara tahun 2014 dan 2015. Kemudian pada tahun 2021 dan 2022, Prof Wiens beserta tim melakukan survei ulang di daerah tersebut dan menyelidiki apakah ada perubahan dalam populasi kadal yang berkembang sejak saat itu.

Saat melakukan survei, para penulis studi menemukan sekitar setengah dari populasi kadal di dataran yang lebih rendah telah punah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh suhu yang menjadi lebih hangat di dataran yang lebih rendah, dan kadal yang tinggal di dekatnya mungkin tidak dapat mentolerir suhu yang lebih panas.

“Hilangnya populasi di dataran rendah merupakan pola khas perubahan iklim. Laju kepunahan dalam periode waktu yang singkat sangat mengejutkan," kata Prof Wiens seperti dilansir Study Finds, Kamis (21/9/2023).

Setelah membandingkan hasil penelitian mereka dengan catatan sejarah dari pegunungan yang sama, para peneliti memperkirakan tingkat kepunahan rata-rata populasi kadal di dataran rendah meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu tujuh tahun terakhir, dibandingkan dengan 42 tahun sebelumnya.

Meskipun proyek-proyek sebelumnya telah memprediksi bahwa kepunahan yang terkait dengan iklim akan meningkat seiring dengan berlanjutnya pemanasan global, Prof Wiens mencatat bahwa ia belum pernah melihat laporan yang menunjukkan percepatan kepunahan yang begitu cepat yang terjadi sebelumnya. Lebih buruk lagi, penelitian ini menambahkan bahwa garis keturunan kadal berduri Yarrow yang berusia 3 juta tahun dari Pegunungan Mule mungkin akan punah sepenuhnya pada tahun 2025.

"Populasi dataran rendah di Mules baik-baik saja pada tahun 2014. Sekarang, satu-satunya yang kami temukan tersisa hanya dalam jarak sekitar 300 kaki dari puncak gunung pada tahun 2022, dan mereka tampaknya telah kehilangan sekitar 170 kaki per tahun," kata Wiens.

Namun, tidak semua populasi dataran rendah punah di antara waktu survei. Sebagai contoh, para peneliti mencatat dua populasi yang berada di dataran yang sangat rendah masih bertahan.

Ke depannya, kelompok penelitian Prof Wiens ingin melakukan penelitian lebih lanjut yang berfokus pada kepunahan dan mekanisme kelangsungan hidup kadal berduri Yarrow yang hidup di pegunungan ini. Para peneliti juga berencana untuk melakukan penelitian serupa dengan spesies kadal lain yang berasal dari daerah yang lebih panas seperti Death Valley di California.

Para penulis studi menekankan pentingnya mempelajari pengaruh perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati dalam rentang waktu yang lebih pendek, dibandingkan dengan hanya mencari perubahan setelah beberapa dekade berlalu.

"Kami telah menunjukkan bahwa ada dampak perubahan iklim yang menghancurkan dalam jangka waktu yang sangat singkat," kata Prof Wiens.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement