REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan terbaru dari European Environment Agency (EEA) mengungkap bahwa tingkat polusi di Eropa masih terlalu tinggi, meskipun ada peningkatan kualitas udara. Penilaian kesehatan kualitas udara terbaru yang diterbitkan belum lama ini menunjukkan bahwa semua negara anggota Uni Eropa gagal memenuhi standar mereka sendiri, termasuk standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan hal ini mengancam kesehatan warga Eropa.
"Tentu saja ada banyak polutan udara yang berbeda, tetapi yang paling parah atau paling berbahaya adalah partikel halus. Perkiraan terbaru adalah 253 ribu kematian dapat dikaitkan dengan polutan ini (pada tahun 2021) dan ini memang dapat dicegah dengan tindakan yang tepat," kata Leena Ylä-Mononen, Direktur Badan Lingkungan Hidup Eropa seperti dilansir EuroNews, Rabu (29/11/2023).
Jumlah kematian yang terkait dengan konsentrasi materi partikel halus turun 41 persen antara 2005 dan 2021. Tetapi EEA memperingatkan bahwa negara-negara anggota harus melanjutkan upaya mereka untuk mengurangi tingkat lebih lanjut.
Polusi nitrogen dioksida bertanggung jawab atas sekitar 52 ribu kematian, sementara paparan ozon jangka pendek bertanggung jawab atas 22 ribu kematian yang dapat diatribusikan di Uni Eropa.
Di kota-kota, transportasi adalah sumber utama polusi. Di beberapa daerah, pemanas rumah tangga yang menggunakan bahan bakar padat, seperti batu bara atau kayu juga mempengaruhi kualitas udara. Semua fenomena kumulatif ini dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit, menurut direktur EEA.
Pada kasus yang paling parah, hal ini menyebabkan penyakit yang dengan cepat menyebabkan kematian. Kanker paru-paru adalah salah satu contohnya.
“Namun penting juga untuk dicatat, dan ini adalah pertama kalinya laporan kami meneliti secara lebih rinci berbagai penyakit, apa dampak polusi udara dalam memperburuk penyakit-penyakit ini, seperti asma atau penyakit jantung kronis. Jadi, kualitas hiduplah yang dalam banyak hal terhambat oleh udara yang tercemar hingga saat ini di Eropa,” kata Ylä-Mononen.
Badan Eropa tersebut juga menekankan bahwa perubahan iklim, dan khususnya peningkatan suhu di kota-kota, mengancam kualitas udara dan oleh karena itu kesehatan orang Eropa.