Jumat 26 Jul 2024 16:34 WIB

Indonesia-Australia Perkuat Kerja Sama Bidang Transisi Energi untuk Hadapi Perubahan Iklim

Kedua negara berkomitmen menerapkan Program Kinetik yang akan memperkuat kemitraan.

Rep: Eva Rianti  / Red: Gita Amanda
Sinyal Perubahan Iklim. Pemerintah Indonesia dan Australia melakukan penguatan kerja sama di bidang transisi energi. (ilustrasi)
Foto: Republika
Sinyal Perubahan Iklim. Pemerintah Indonesia dan Australia melakukan penguatan kerja sama di bidang transisi energi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Australia melakukan penguatan kerja sama di bidang transisi energi. Langkah kerja sama tersebut diikhtiarkan secara kesinambungan sebagai upaya menghadapi tantangan perubahan iklim atau climate change.

Kerja sama itu diwujudkan melalui program Kemitraan untuk Iklim, Energi Terbarukan, dan Infrastruktur (Kinetik) dengan menandatangani exchange of letters Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera).

Baca Juga

Penandatanganan dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi bersama Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams pada Kamis (25/7/2024) di Jakarta.

Program Kinetik diketahui merupakan tindak lanjut kesepakatan Australia-Indonesia Climate and Infrastructure Partnership (CIP) yang diumumkan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting 2022 lalu. “Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi pembangunan ekonomi antara Indonesia dan Australia yang telah berjalan lebih dari dua dekade dan menyoroti kolaborasi kedua negara pada transisi energi,” kata Edi dalam siaran pers, Jumat (26/7/2024).

Edi menuturkan, kedua negara berkomitmen untuk menerapkan Program Kinetik yang akan memperkuat kemitraan antara kedua negara. Yang juga mampu menciptakan iklim investasi yang lebih optimal. “Mampu menarik lebih banyak investasi swasta pada energi terbarukan dan industri ramah lingkungan di Indonesia, dan menghasilkan berbagai proyek konkret untuk Indonesia,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Pemerintah Australia mengalokasikan hibah mencapai 200 juta dolar AS untuk program Kinetik yang akan berfokus pada pilar-pilar yang saling memperkuat. Kinetik mendorong peningkatan investasi dalam transisi energi dengan mendukung reformasi kebijakan dan regulasi yang dijalankan Indonesia.

Kinetik membuka akses pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah yang berfokus pada iklim melalui Australian Development Investments (ADI), serta memberikan insentif bagi investasi pada proyek-proyek infrastruktur hijau berskala besar. Selain itu juga mendorong transisi energi yang setara di mana perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat terpinggirkan dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peralihan menuju nol emisi karbon.

“Prospera merupakan elemen penting dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Prospera tidak hanya menjadi simbol kerja sama yang erat antar kedua negara, namun juga menjadi landasan kokoh bagi kolaborasi yang lebih strategis antarlembaga pemerintah di Indonesia dan Australia, khususnya dalam bidang transisi energi dan iklim,” kata Duta Besar Penny Williams.

Adapun dalam implementasinya, salah satu pilar Kinetik, Prospera bermitra dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai lembaga penerima manfaat yang secara total berjumlah 32 lembaga.

Dukungan Prospera dalam implementasi Kinetik diyakini akan mendorong peningkatan investasi dalam transisi energi dengan mendukung reformasi kebijakan dan regulasi yang dijalankan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement