REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS — Mei 2025 tercatat sebagai bulan Mei terpanas kedua dalam sejarah, hanya terpaut tipis dari rekor tahun lalu. Suhu ekstrem yang dipicu krisis iklim juga mencetak rekor baru di kawasan Arktik, termasuk Greenland.
Dalam laporan bulanannya, Badan Perubahan Iklim Uni Eropa (Copernicus/C3S) mencatat suhu rata-rata permukaan Bumi pada Mei lalu berada 1,4 derajat Celsius di atas rata-rata masa pra-industri (1850–1900). Peningkatan ini memperpanjang tren mengkhawatirkan karena 21 dari 22 bulan terakhir mencatat suhu global di atas ambang batas 1,5 derajat Celsius.
“Meski Mei ini sedikit lebih sejuk dibanding rekor tahun lalu, tren pemanasan global belum berhenti. Kami perkirakan suhu global akan kembali menembus ambang batas 1,5 derajat dalam waktu dekat,” kata Direktur C3S Carlo Buontempo, Rabu (11/6/2025).
C3S juga menyebut musim semi (Maret–Mei) di belahan bumi utara menjadi yang terpanas kedua sepanjang pencatatan. Pemanasan ini dipicu emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil, yang menyebabkan gangguan besar pada pola iklim global.
Studi terpisah dari kelompok ilmuwan World Weather Attribution (WWA) mengungkap, perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia telah memperparah gelombang panas di Islandia dan Greenland. Suhu di kawasan Arktik itu tercatat 3 derajat lebih tinggi dari rata-rata, cukup untuk mempercepat pencairan lapisan es di Greenland.
“Bahkan negara-negara beriklim dingin kini mengalami suhu ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Sarah Kew, peneliti di Royal Netherlands Meteorological Institute dan salah satu penulis studi WWA.
Di bawah Perjanjian Paris, negara-negara telah sepakat membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius dibanding masa pra-industri. Namun para ilmuwan memperingatkan, target itu semakin sulit dicapai tanpa pemangkasan emisi secara drastis dan segera.
Sejak tahun 1940, Copernicus mencatat data suhu global secara sistematis dan memverifikasi ulang data historis hingga tahun 1850.